Selasa, 24 Agustus 2010

RSS, Teknologi Cabe Rawit [1]



Menarik sekali membaca postingan yg ditulis oleh Alex Iskold di situs ReadWriteWeb.com, berjudul The Future of RSS (meskipun banyak bagian yg blm paham). :D

Di situ, dikupas beberapa hal ttg RSS, mulai sejarah ringkas, keterbatasan sampai masa depan RSS. Mari kita kupas secara lebih sederhana dan sejauh pemahaman penulis (yg baru-baru belajar)...

Kelahiran RSS mulai sekitar tahun 1995, di Apple Labs, lalu Netscape, Userland Software dan Microsoft. Penggunaan RSS secara besar baru terjadi pada tahun 1999 pada portal My Netscape.

RSS ditulis sebagai XML-based language (bahasa berbasis XML), karena tag yg dipakai tidak terikat standar dan bebas ditentukan. RSS singkatan dari Really Simple Syndication, ada juga yg mengatakan Rich Site Summary, dan RDF Site Summary. Entahlah yang benar yg mana.

Sejauh ini, RSS menjadi primadona. Youtube, Flickr, de.licio.us telah menyertakan RSS dalam situs mereka. Bahkan Google Base (keluarga Google) secara total mengimplementasikan RSS. Kenapa menjadi tren? Karena manfaatnya banyak. Disebabkan kemampuan uniknya dalam mengirim dan 'memakan' isi webpage. Sebelum adanya RSS, user harus membuka website satu-persatu utk menemukan suatu hal yg baru. Namun saat ini, berkat RSS, berita bisa dikirim langsung (directly) ke web browser, desktop, dan aggregator. Apalagi sekarang RSS tidak hanya berlaku pada teks, jg pada image, video, blogs, links, dsb.


Keterbatasan RSS?

Menurut tulisan tersebut, kendala RSS adalah terkait structured information. Dapatkah kita menambah semantic pada aplikasi RSS? Apakah bisa dilakukan semacam inference/reasoning thd content sebuah webpage? Sedangkan RSS belum/tidak bisa menstrukturkan sebuah webpage ke dalam structured format. Yang jelas, RSS bukan sejenis semantic web agent.

Di postingan tsb ada beberapa comment yg menarik, salah satunya dari George S. yg pada intinya menegaskan bahwa RSS merupakan aplikasi yg sederhana, dan tidak perlu dibikin kompleks. Pada dasarnya RSS mengaggregasi internet utk mendapatkan content suatu situs. Bukan utk transferring data, dst. Berkait transferring data, sudah ada XML yg mampu menjadi solusi.

Ada satu lagi komen yg keren, oleh Tom Morris, yg sudah menyinggung tentang RDF dan Semantic Web. Menurut Tom (sok akrab, hehee...), utk data interchange, XML dan RDF memiliki kinerja yg lebih cocok. Sedang RSS hanya anggota dari sebuah ecosystem, sama seperti XML, RDF, Microformats, dan microformats.

Kendala aggreing on what things mean telah dicover oleh Semantic Web, dengan adanya ontology, URIs dan namespace yang ada. Karena dalam semantic web, ada dua kaidah yg bisa diselesaikan dan kaidah tsb sering menjadi kendala dalam aplikasi internet yg lain, yakni:

- 1. The exact term can have different meanings
- 2. Different terms can mean exactly the same thing


(bersambung)


Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar